Minggu, 11 Agustus 2013

Terlalu Asik Untuk Jadi Bahan Permainan

Senyuman itu. Aku seperti dibawa terbang melayang – layang oleh karpet aladin kembali kemasa 6 tahun yang lalu. Masa dimana aku selalu melihat senyuman manis kamu. Kamu yang selalu hadir dengan senyuman itu, selalu berhasil membuat suasana hati aku dari yang kelabu jadi seru. Kenapa aku terdiam terpaku melihat wajah kamu yang muncul dari kejauhan dibalik pepohonan. Bahkan dibandingkan pohon sakurapun pesona kamu jauh lebih menarik. Saat itu. Sorry, saat itu. Entahlah, sebenarnya aku ga ingin ungkapkan pernyataan itu. Tapi ada apa dengan diriku. Dapat dengan mudah untuk mengagumi berat kamu tapi dengan mudah juga melupakan kamu. Entah kesalahan aku atau kesalahan kamu. Tapi yang paling terpenting, saat itu kamu mampu memukau perhatian aku. Perhatian yang hanya bisa memperhatikan senyuman diwajah kamu. Kamu tampak beda. Beda dari 6 tahun yang lalu ketika aku masih dengan mudahnya ngegombalin kamu atau ngambek sama kamu. Kamu terlalu asyik untuk aku mainin. Padahal iya. Aku ngaku salah. Tapi sekali lagi, kamu tampak cantik dengan tatanan hijab penutup kepala itu. Mungkin akan sangat berbeda kalo saja kita setiap harinya bertemu. Tapi kali ini. Kita yang sudah bertahun – tahun ga pernah bertemu, muka kamu ada didepan pandangan aku. Itulah salah satu alasan kenapa kamu dapat dengan mudah menarik perhatian aku.

Sebenarnya aku masih ingin berbincang banyak dengan kamu. Tapi aku malu. Aku rasa kamupun begitu. Apasih yang membuat kita harus jadi seperti ini. Toh dulu juga hubungan kita ga pernah jelas. Kenapa sekarang juga ga jelas?. Entahlah ini salah aku atau salah kamu. Aku masih ingin duduk disamping kamu dengan alunan music klasik yang dimainkan salah satu teman kita dulu. Suasana itu cukup terasa romantis. Tapi sayangnya kita ga ada hubungan apa – apa. Kalo aja kamu pasangan aku, saat itu mungkin waktu yang tepat untuk mengutarakan semua perasaan sayang aku dan diakhiri dengan pemberian bunga mawar merah teruntuk kamu. Sekali lagi sayangnya kamu bukan siapa – siapa aku. Parahnya lagi aku sudah ada yang punya. Ssstttt. Cukup ga perlu diperjelas. Iya aku akuin, aku jahat. Yang berani – beraninya curi pandang ke kamu atau bahkan kita terbuai mesra dengan suasana. Sedangkan wanita disana yang faktanya kekasihku ga pernah tau apa yang terjadi saat ini. Tapi aku masih ingin nikmatin moment indah ini bersama kamu. Kamu masih asik untuk aku mainin sampai saat ini.
Kenapa kamu lebih banyak menunduk? Kenapa kamu hanya sesekali melihat wajah aku? Kenapa kamu ga pernah ngajak aku untuk membincangkan topik tentang kita? Kenapa kamu lebih senang berada diantara teman – teman kamu sedangkan ada aku? Kenapa kamu masih sama seperti dulu? Itulah sayang, kenapa dari dulu kamu ga pernah jadi milik aku. Karna kamu terlalu sulit buat aku. Terlalu banyak teka – teki yang kamu permainkan untuk aku. Terlalu sering aku harus mengejar – ngejar kamu. Terlalu lama aku harus menunggu kamu. Makanya entah salah aku atau salah kamu? Pertanyaan itu sampai sekarangpun aku belum tau jawabannya. Mungkin akan terjawab ketika kita benar – benar jodoh.
Selama bertahun – tahun kita ga pernah berbincang – bincang. Tenyata kita masih asik sama seperti dulu. Asik seperti dulu?? Ah aku rasa biasa aja. Asik hanya sementara, sesudah itu aku lupa kamu lagi. Aku memang kejam, aku jahat. Tapi wanita seperti kamu banyak diluar sana yang bisa dengan mudah aku milikin. Ada apa dengan kamu? Sebegitu sulitnya aku mengejar cinta kamu. Apa kurang membuktikan kalo dulu cinta aku benar sungguhan. Kadang kamu respect tapi kadang kamu mencurigakan. Meskipun kamu sering berkata “don’t give up on me”, tapi maaf sayang, rasa capeku sudah melayang - layang. Ketika aku sudah menyerahpun, kamu ga pernah ada usaha mempertahankan aku untuk tetap mencintai kamu. Kamu hanya terdiam, menerima semuanya begitu saja. Seolah – olah kamu yakin suatu saat nanti kamu bakal menemukan seseorang yang seperti aku. Buktinya sampai sekarangpun kamu masih menyendiri. Dan masih berharap dengan aku. Nyatanya sekali lagi aku hanya laki – laki biasa. Yang bisa aku mencintai siapa saja. Termasuk kamu.
Waktu itu aku beranikan diri untuk menghubungi kamu lagi lewat telfon. Kamu yang jawab. Dari kejauhan itu suara kamu. Aku masih kenal betul. Kamu masih sama asiknya seperti dulu. Asik untuk aku mainin. Sewaktu – waktu ketika aku benar – benar rindu dengan kamu, hanya itu yang bisa aku lakukan. Menelfon kamu. Hanya untuk beberapa saat saja setelah itu kamu dengan mudahnya aku lupakan. Tidak dengan kamu kan? Kamu masih merindukan aku disetiap hari di kesendirian kamu. Bahkan kamu bisa menunjukkan titik lemah kamu yang bisa aku simpulkan bahwa kamu masih mengharapkan aku. Kamu ga rela kalo kita telfonan hanya untuk beberapa menit saja. Seringkali aku cari – cari masalah dengan kamu hanya untuk mengakhiri perbincangan kita. Cukup simpelkan. Tapi nyatanya suara kamupun masih terdengar meminta – minta aku untuk tidak menutup telfonnya. Sorry. Aku memang jahat. Aku tutup telfonnya untuk membuktikan bahwa benar kamu masih berharap dengan aku. Meskipun setelah aku mengakhiri perbincangan itu, kamu ga pernah mengirim pesan untuk meminta aku menghubungi kamu lagi. Kamu memang jual mahal. Dan memang mahal. Sekalipun kamu ga pernah mendahulukan untuk menghubungi aku. Tapi ketika aku hadir dihidup kamu. Seolah – olah kamu tidak siap untuk kehilangan aku. Cara kamu bertahan untuk menjaga suatu kemahalan memang patut aku angcungin jempol. Kamu bisa bertahan. Sekali lagi kamu terlalu mahal dan terlalu asik untuk aku permainkan.
Kamu memang sulit untuk aku dapatkan. Tapi kesan yang aku buat dari cerita dulu terlalu sulit untuk kamu lupakan. Ya kan? Tenyata cerita aku menyimpan kesan tersendiri dihati kamu. Kamu yang terlalu jual mahal. Sehingga aku harus memutuskan. Maaf kalau sakarang aku cukup menjengkelkan. Tapi aku hanya ga mau kamu lupakan.

Sudahlah, aku tidak akan mengingat – ingat masa itu lagi. Nyatanya kamu masih ada sejauh mataku memandang. Dan kamu masih mempesona dengan senyuman manis itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar